flash 2
6 April 2012
DI DALAM DIAM
Didalam Diam
DI KOPAS DARI BLOGNYA ADE
DIi postkan oleh EKO Mr. GALAU
Coretan dibawah ini saya tulis dibuku
harian saya dengan tulisan tangan, tanggal 29 Desember 2009, entah apa
yang saya rasakan saat itu, saya insomnia amnesia untuk mengingatnya, dan tak perlu diingat lagi memang, mengingat yang lalu kan hanya akan menyesakan dada
yang saya tahu saat itu saya ingin diam ditengah keramaian, diam bak
samudera yang tenang, bak danau yang hening, mari diam dan renungkan
catatan saya *motivator mode on* hehehe …
Kata orang bijak “Kebenaran itu bukan untuk dipelajari, melainkan ditemukan” karena semua teori nampak benar, jarang ada teori salah, namun ketika teori menjadi aplikasi, mulai terjadi try and error, maka pertanyaan saya selanjutnya adalah: “Di mana mencarinya? iya dimana mencari kebenaran itu” and talking about life, bicara tentang hidup maka jawabnya adalah “Di dalam diam! iya kebenaran hanya bisa ditemukan dalam diam, dan saya menemukannya” Sebab, di dalam diam itu saya bisa berbicara dengan hati.Seberapa sering saya bertanya “apakah ini benar, apakah itu salah?” dan jawabannya selalu saya temukan ketika saya hening dan diam, tak perlu curhat sana sini, tak akan saya temukan disana, karena kebenaran ada dalam hati nuraniHati merupakan teleskop dari jiwa bukan, sedangkan mata merupakan teleskop dari hati…
Manusia sering mempertunjukkan kekerdilan diri karena tidak mau diam.
Mulut nyerocos, semakin banyak bicara semakin terkuak aib aib kita yang
sudah ALLAH tutupi, kita buka lebar lebar, atau bicara tapi tidak
nyambung antara keinginan hati dan paparan mulut. Berbuih-buih sudah
mulut berkoar isinya dusta, akhirnya kebohongannya terkuak dan sulit
ditambal jika sudah terkuak… aib tersebur dan kemulian saya sebagai
manusia terkikis.
Itu karena saya dan manusia lain kurang merenung, kurang “diam“. Saya jadi ingat pesan guru mengaji saya jika terus bicara maka hati tak lagi peka mendengar “suara” orang lain karena tersumbat oleh suara sendiri
Karena bila saya tak mampu memahami
masalah sendiri dengan dalam, bagaimana bisa memahami orang lain? Maka,
yang muncul kemudian adalah menyalahkan, menyikut, mempermalukan,
membodohi, dan menipu orang lain. Saya jadi licik, “Oleh karena
itu, yang penting bagi saya, kerjakanlah apa-apa yang baik bagi
saya dan bukan yang baik menurut mereka, sembari saya serahkan jiwa
raga saya pada ALLAH” ini juga ada ditulisan Jatiswara Kawedar “Manusia itu sesungguhnya adalah gurunya sendiri; di dalam dirinya sendiri terdapat rahasia keberadaannya.”
Ketika saya mencela dan menghakimi
seseorang: mengapa repot-repot mencela dan menghakimi? Bukankah setiap
perbuatan adalah tanggung jawab saya sendiri dan saya tidak harus
bertanggung jawab terhadap perbuatan orang lain? Daripada
membuang-buang tenaga untuk mencela dan menghakimi, menuding ke sana
kemari, mengapa tidak duduk diam dalam hening, mengamati napas dan
kesejatian saya, untuk memupuk kebajikan dan kebijaksanaan dalam diri
Lidah adalah salah satu kenikmatan yang
besar yang dianugerahkan ALLAH kepada manusia, padanya terdapat
kebaikan yang banyak dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang
menjaganya dengan baik dan bahaya yang besar bagi siapa yang
meremehkannya (membiarkannya) lalu digunakannya pada jalan atau tempat
yang tidak semestinya.
Iya, ketajaman lidah mengalahkan
ketajaman pedang yang mampu membelah besi dan daya penghancur
(rusak)nya sangat kuat mengalahkan cuka dalam merusak madu yang
manis,Cara menyelamatkan diri dari bahaya lidah adalah diam, Diam Itu
Emas Dalam upaya mendewasakan diri saya
” Maka sekali-selai diam dan merenunglah “
Diam itu BIJAK, namun sedikit sekali orang yang melakukannya.. . mungkin termasuk saya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar