doctor reviews
ARSITEKTUR 3-TIER (3 LAPIS)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH
SISTEM BASIS DATA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH
SISTEM BASIS DATA
Dosenpembimbing : ADIYANTO
,S.KOM
DISUSUN
OLEH :
Nama : EKO NOVA BUDI SAPUTRO
Jurusan : Komputerissasi Akuntansi
Jurusan : Komputerissasi Akuntansi
NPM : 2011805041
Semester : II
(Dua)
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
BITUNG - TANGERANG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga Penulis berhasil menyelesaikan Makalah
ini yang Alhamdulilah tepat pada waktunya
yang berjudul“ Arsitek 2-tier dan Arsitektur
3-tier”
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sistem
Basis Data, khususnya membahas tentang“ Arsitektur 2-tier dan Arsitektur
3-tier”
Penulis
menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan
dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan Makalah ini
Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan.
Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang penulis banggakan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis..Penulis
menyadari bahwa Makalah
ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkompeten, Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha
kita. Amin.
Tangerang,
April 2012
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A.
Latarbelakang.................................................................................................. 1
B.
PokokPermasalahan...................................................................................... 2
C.
MaksuddanTujuan.......................................................................................... 2
BAB
II LANDASAN TEORI ................................................................................ 3
1. Client Server..................................................................................................... 3
2. Arsitektur 2-tier.................................................................................................. 7
3. Arsitektur 3-tier............................................................................................... 10
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 17
Kesimpulan......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 18
ii
A. Latar Belakang
Seiring
dengan pesatnya kemajuan teknologi, perangkat lunak database atau biasa disebut
dengan aplikasi database juga semakin berkembang, baik dalam hal penggunaan,ukuran,
maupun kompleksitas. Hal ini secara langsung akan berdampak pada database
server, sehingga konsekuensi dari semua itu adalah beban database server yang
akan semakin bertambah. Dampak utama dari semua itu adalah kinerja database
server yang akan menjadi lambat seiring banyaknya client yang ditangani. Untuk
mengatasi hal itu,maka diperlukan antisipasi dalam perancangan arsitektur
sistem database yang lebih baik di masa mendatang.
Pemusatan
kerja pada komputer server mengakibatkan server harus melakukan dua pekerjaan
sekaligus. Pertama komputer server bertindak sebagai database server,yang jelas
hal ini membutuhkan alokasi sumber daya (resource) yang tidak sedikit.Kedua,
komputer server juga dituntut untuk melayani permintaan dari pihak client,
dalam hal ini bisa berupa transaksi, query, dan manajemen data.Meski dalam hal
ini terdapat dua aplikasi yang terpisah, akan tetapi arsitekturtersebut
dirasakan belum mampu bekerja secara maksimal.
Selain
itu, arsitektur two-tier memiliki tuntutan tinggi dalam hal koneksi database,
di mana koneksi harus selalu dijaga untuk masing-masing client sehingga
menghabiskan sumber daya server. Terutama ketika aplikasi yang dibuat sudah
menangani tajamnya peningkatan permintaan dari aplikasi client yang semakin
hari semakin bertambah banyak, sehingga bisa berakibat kurang optimalnya
kinerja database server.
B.
Pokok Permasalahan
Dari
pembuatan makalah ini ada beberapa yang menjadi pokok permasalahan diantaranya
:
1.
Arsitektur 2 lapis (2 tier)
2.
Arsitektur 3 lapis (3 tier)
C.
Maksud dan Tujuan
1. Maksud dari pembuatan makalah ini adalah :
·
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Basis Data
·
Untuk menambah pengetahuan tentang Client – Server
·
Untuk menambah pengetahuan Arsitektur Basis
Data
2. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
·
Untuk menambah pengetahuan tentang system
Client - Server
·
Mengetahui apa arsitektur 2-tier dan
arsitektur 3-tier
·
Agar orang tau apa itu Lingkungan basis data
BAB II LANDASAN TEORI
1.
Client
Server
Client-server menunjukkan cara komponen software berinteraksi dalam bentuk
sistem. Sesuai dengan namanya, ada sebuah pemroses client yang membutuhkan
sumber dan sebuah server yang
menyediakan sumbernya.Tidak ada kebutuhan client
dan server yang harus diletakkan pada
mesin yang sama. Secara ringkas, umumnya
server diletakkan pada satu sisi
dalam LAN dan client pada sisi yang lain.
Gambar
9. Arsitektur Client Server
Dalam konteks database, client mengatur interface berfungsi sebagai workstation
tempat menjalankan aplikasi database.
Client menerimapermintaan pemakai, memeriksa sintaks dan generate kebutuhan database dalam SQL atau
bahasa yang lain. Kemudian meneruskan pesan ke server, menunggu response
dan bentuk response untuk pemakai
akhir. Server menerima dan memproses
permintaan database kemudian mengembalikan hasil ke client.
Proses-proses ini melibatkan
pemeriksaan autorisasi, jaminan integritas, pemeliharaan data dictionary dan mengerjakan query
serta proses update. Selain itu juga
menyediakan kontrol terhadap concurrency
dan recovery.
Adapun
beberapa keuntungan jenis arsitektur ini adalah :
•
Memungkinkan akses database yang besar
•
Menaikkan performa
•
Jika client
dan server diletakkan pada komputer
yang berbeda kemudian CPU yang berbeda dapat memproses aplikasi secara paralel.
Hal ini mempermudah merubah mesin server jika hanya memproses database.
•
Biaya untuk hardware dapat dikurangi
•
Hanya server
yang membutuhkan storage dan kekuatan proses yang cukup untuk menyimpan dan
mengatur database
•
Biaya komunikasi berkurang
•
Aplikasi menyelesaikan bagian operasi pada client dan mengirimkan hanya bagian yang
dibutuhkan untuk akses database
melewati jaringan, menghasilkan data yang sedikit yang akan dikirim melewati
jaringan
•
Meningkatkan kekonsistenan
•
Server
dapat menangani pemeriksaan integrity sehingga batasan perlu didefinisikan dan
validasi hanya di satu tempat, aplikasi program mengerjakan pemeriksaan sendiri
•
Map ke arsitektur open-system dengan sangat
alam
Berikut ini adalah ringkasan fungsi client-server
Client
|
Server
|
Mengatur
user interface
|
Menerima
dan memproses database yang diminta
dari client
|
Menerima
dan memeriksa sintaks input dari pemakai
|
Memeriksa
autorisasi
|
Memproses
aplikasi
|
Menjamin
tidak terjadi pelanggaran terhadap integrity
constraint
|
Generate
permintaan database dan memindahkannya ke server
|
Melakukan
query/pemrosesan update dan memindahkan response ke
client
|
Memberikan
response balik kepada pemakai
|
Memelihara
data dictionary
|
|
Menyediakan
akses database secara
bersamaan
|
|
Menyediakan
kontrol recovery
|
Ada beberapa jenis model client – server arsitektur
yaitu :
-
Two Tier
Arsitektur
§ E.g.
client programs using ODBC/JDBC to
communicate with a database
-
Three Tier Arsitektur
§ E.g.
web-based applications, and applications
built using “middleware”
Gambar . Arsitektur Aplikasi Two Tier dan Three Tier
2.
Arsitektur
2 lapis ( 2-tier)
Tier dapat diartikan sebagai
tingkatan. Kon-sep tier menjelaskan arsitektur aplikasi secara logical
ketimbang secara physical. Arsitektur two-tier menerangkan aplikasi yang
diran-cang digunakan oleh satu atau lebih client yang terkoneksi pada server
database.
Contoh two-tier yang paling
sederhana adalah saat seluruh client yang terkoneksi menjalankan aplikasi yang
sama dan mengakses satu database.
Secara sederhana, konsep two-tier
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada two-tier konvensional, aplikasi
pada sisi client umumnya menangani beberapa business logic. Contoh business
logic dari sebuah aplikasi client server yaitu sekumpulan komponen object yang
memiliki fungsi tertentu. Pada lingkungan jaringan, business logic ini menempati
dan dijalankan pada masing-masing komputer client.
Dari penjelasan diatas, aplikasi
dengan arsitektur two-tier seperti digambarkan diatas bisa jadi cukup sederhana
untuk diterapkan, tetapi dapat menjadi masalah yang cukup sulit dan memakan
waktu, biaya dan tenaga jika tiba saatnya untuk melakukan update aplikasi.
Mengapa demikian? Karena penerapan business logic pada two-tier yang
digambarkan diatas harus dijalankan pada masing-masing komputer client,
sehingga jika dilakukan update aplikasi, maka pada seluruh komputer client yang
terkait harus dilakukan proses update.
Anda dapat menghindari permasalahan
ini dengan melakukan sentralisasi business logic pada server. Teknologi DBMS
seperti pada Microsoft SQL Server menyediakan fasilitas stored procedure untuk
menyimpan business logic.
Dengan demikian, masing-masing
client tidak lagi melakukan proses business logic pada dirinya, tetapi
memanggil stored procedure untuk melakukan business logic, kemudian business
logic akan menjalankan operasidatabase yang diminta.
Dengan cara ini, saat Anda ingin
melakukan update business logic, cukup dengan melakukan update pada stored
procedure yang terletak pada server database, maka perubahan business logic
telah berlaku secara keseluruhan sistem.
Perubahan business logic ini berlaku
transparan pada client, dalam artian client hanya perlu mengetahui nama dari
procedure yang ada, tidak perlu merisaukan kode program yang terdapat pada procedure
tersebut.
Solusi ini cukup menenangkan dan
menghindari Anda dari kerja lembur selama dua malam untuk mengupdate seluruh
komputer client pada sistem, yang mana Anda harus melakukannya setelah jam
pulang kantor pada saat tidak ada lagi yang menggunakan komputer, selain Anda
tentunya
Keuntungan dan keterbatasan aplikasi
2-tier
Pada sistem 2-tier client/ server,
aplikasi logic ditempatkan pada sisi client dengan GUI. GUI dijalankan pada
client yang akan mengirimkan SQL, file system calls, atau perintah HTTP melalui
jaringan ke server. Kemudian server akan mem-proses request dari client dan
mengembalikan hasil proses tersebut kembali ke computer client. untuk
meng-akses datanya, komputer client harus mengetahui bagaimana data tersebut
diatur dan kemudian disimpan pada sisi server. Variasi pada pendekatan 2-tier
adalah dengan menggunakan stored procedures untuk meng-off-load beberapa proses
pada sisi server.
Walaupun pengiriman request SQL
melalui jaringan, stored procedures membolehkan kita untuk menjalankan sebuah
fungsi yang berjalan tanpa sebuah database. Kesederhanaan adalah faktor utama
yang mengantarkan 2-tier client/ server menjadi populer. 2-tier sangat ideal
digunakan jika kita ingin membangun sebuah aplikasi dengan cepat dengan
menggunakan bantuan visual builder tools seperti Delphi, VB, dll.
Biasanya, hanya aplikasi
yang berskala departemen/ bagian-bagian kecil yangmenggunakan konsep 2-tier ini
seperti sistem pengambilan keputusan (DSS) atau aplikasi berbasis web
sederhana.
3.
Arsitektur
3 lapis ( 3tier)
Stored procedure ternyata tidak
mencukupi untuk sistem dimana database disimpan pada lebih dari satu server,
karena bisa jadi terdapat client yang tidak dapat mengakses procedure tersebut.
Mungkin Anda bertanya, apa perlunya menyimpan database lebih dari satu server?
Tentu saja Anda juga menginginkan perusahaan
yang menggunakan aplikasi Anda dapat berkembang, bukan? Penggunaan lebih dari
satu database sangat memungkinkan saat sebuah perusahaan telah memiliki divisi
yang cukup besar dimana harus memiliki database tersendiri.
Dalam kasus penggunaan lebih dari
satu server database, Anda perlu mengimplementasikan strategi development yang
berbeda, pendekatan yang baik adalah dengan menggunakan model n-tier.
Huruf “n” pada n-tier menunjukkan
variabel numerik yang dapat berisi angka sebanyak apapun, misalnya 3-tier,
4-tier dan seterusnya. Karena itu sebuah aplikasi n-tier memiliki 3 atau lebih
tingkatan logical, umumnya aplikasi n-tier saat ini menggunakan 3-tier.
Untuk menggambarkannya, Anda dapat
membayangkan skema disain aplikasi two-tier yang mengimplementasikan business
logic pada stored procedure seperti yang telah diterangkan diatas, kemudian
melakukan improvisasi disain dengan menambahkan sebuah tingkatan (tier) sebagai
middle tier sebagai business object, arsitektur inilah yang dikenal dengan
3-tier.
Perbedaan nyata dengan 2-tier
adalah, business object pada 3-tier terpisah dari aplikasi client dan elemen
database. Sehingga dapat digambarkan bahwa sistem 3-tier secara umum terbentuk
dari tingkatan client, business dan database.
Untuk membayangkan penerapan 3-tier
dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin paling sering Anda temui adalah penerapan
Internet ataupun Intranet.
Pada aplikasi Internet/Intranet,
terdapat client yang menjalankan browser dan meminta informasi dari middle-tier
yang berupa HTTP Server. Middle-tier akan meminta data pada server database,
kemudian mengirimkannya kembali kepada HTTP Server. HTTP Server akan
mengirimkan kepada browser dalam bentuk page/halaman web.
Diagramnya
terlihat seperti dibawah ini:
Sebuah sistem 3-tier menyediakan
support multi-user yang stabil, bahkan saat pada client menjalankan aplikasi
yang berbeda, juga dapat mendayagunakan beberapa database yang digunakan secara
bersamaan.
Dalam pembahasan berikut ini, akan
dijelaskan contoh kasus penerapan 3-tier.
Bayangkan sebuah sistem 3-tier, yang
terdiri dari client, business dan database. Sistem tersebut harus melakukan
kalkulasi gaji karyawan berdasarkan pajak dan peraturan lainnya yang dapat
berubah dari tahun ke tahun.
Pada tahun ini, terdapat perubahan
peraturan pajak yang harus diterapkan pada sistem, pada tingkatan mana Anda
harus melakukan update? Anda hanya perlu melakukan update pada tingkatan
business object, yang ada karena arsitektur 3-tier ini.
Satu hal yang harus terus diingat
sebagai konsep dasar, bahwa pengertian arsitektur 2-tier maupun 3-tier adalah
secara logical dan bukan secara physical. Sehingga pada sebuah sistem kecil
Anda dapat menjalankan business logic dan database pada komputer yang sama.
Tetapi pada sistem yang besar, Anda
mungkin memerlukan beberapa komputer untuk menjalankan baik tingkatan business
ataupun database.
Keuntungan Dan Kerugian 3-tier
Diantara keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh dari arsitektur n-tier (atau 3-tier pada umumnya), yang
terutama adalah:
1. Kemudahan perubahan business logic di masa
yang akan datang.
2. Business logic yang mudah diimplementasi
dan dipelihara.
3. Aplikasi client dapat mengakses berbagai
tipe DBMS yang berbeda-beda secara transparan.
4. Skala besar.
5.Transfer informasi antara web server dan
server database optimal.
6. Apabila terjadi kesalahan pada salah satu
lapisan tidak akan menyebabkan lapisan lain ikut salah
Apakah terdapat kerugian n-tier?
Mungkin lebih tepat dikatakan sebagai konsekuensinya, yaitu sistem n-tier
relatif mahal untuk development dan instalasinya.
Hal ini dikarenakan perencanaan
software pada 3-tier bisa jadi sangat kompleks. Bahkan pada awal tahap
perencanaan, Anda telah harus mempertimbangkan potensi pengembangan perusahaan
pada masa yang akan datang.
Kompleksitas dalam hal ini meliputi
seluruh aspek, baik infrastruktur maupun pembuatan software secara keseluruhan.
Sementara dalam suatu perusahaan, semakin besar perubahan sistem yang
dilakukan, maka akan semakin memerlukan adaptasi yang semakin luas ruang
lingkupnya. Karena itu secara otomatis memerlukan rentang waktu relatif lebih
lama.
Terutama jika sistem 3-tier tersebut
akan menggantikan sistem yang telah lama digunakan, terdapat cukup banyak
tantangan untuk sosialisasi sistem yang baru. Dalam hal ini, interaksi dan
komunikasi dengan pengguna sistem secara keseluruhan sangat diperlukan.
Karena itu terdapat dua sisi yang
harus Anda temukan titik imbangnya, antara keuntungan-keuntungan yang dapat
diraih oleh arsitektur aplikasi n-tier berbanding dengan biaya, tenaga dan
waktu yang diperlukan untuk development dan implementasinya.
• Kekurangan arsitektur 3 Tier :
-
Lebih susah untuk merancang.
-
Lebih susah untuk mengatur.
-
Lebih mahal.
Teknologi Pendukung
Konsep arsitektur tanpa teknologi
pendukung tidak akan dapat diterapkan. Termasuk dalam arsitektur 2-tier dan
n-tier. Beberapa contoh teknologi yang umum dipergunakan untuk mendukung 2-ter
dan n-tier:
1. Component Object.
Umumnya merupakan model object
oriented dimana dapat dipergunakan oleh aplikasi yang berbeda dan penggunaan
ulang komponen. Contohnya adalah COM/DCOM. Aplikasi yang ditulis dengan bahasa
pemrograman yang berbeda dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan
Component Object.
Component Object itu sendiri dapat
ditulis dengan bahasa pemrograman yang berbeda-beda. Pada prinsipnya komponen
tersebut terdiri dari class yang memiliki sekumpulan method.
2. Microsoft Transaction Server.
MTS atau Microsoft Transaction
Server merupakan software yang dikembangkan oleh Microsoft untuk keperluan
monitoring transaksi pada aplikasi terdistribusi. MTS beroperasi pada
middle-tier dan menyediakan control transaksi.
Sebagai contoh, jika Anda
mengembangkan sistem 3-tier yang mana menempatkan business object pada
middle-tier, maka Anda dapat membuat ActiveX DLL sebagai business objectnya,
dan melakukan instalasi didalam lingkungan MTS pada middle-tier.
MTS akan bertanggung-jawab dalam
menangani akses multi-client pada busines object tersebut. MTS menyediakan
fasilitas seperti transaksi rollback, commit dan deadlock pada middle-tier.
3. HTTP/Web Server.
Untuk aplikasi n-tier pada aplikasi
Internet/Intranet, Anda mutlak memerlukan Web Server. Terdapat cukup banyak web
server yang umum digunakan seperti Apache Web Server atau Internet Information
Server (IIS).Anda dapat menggunakan web server sebagai middle-tier untuk
menangani permintaan dari browser komputer client.
4. Microsoft Message Queue Server.
MMQS atau Microsoft Message Queue
Server merupakan teknologi yang dikembangkan oleh Microsoft yang berjalan pada
middle-tier dan berfungsi untuk mengelola antrian permintaan.
Hal ini dilatarbelakangi karena
didalam jaringan yang besar, tidak semua komputer yang terkoneksi berfungsi
pada saat yang diperlukan, sehingga diperlukan sebuah aplikasi yang dapat
mengelola antrian request dari client dan response dari server yang akan
dikirimkan lagi ketika komputer tujuan telah berfungsi.
Bahkan jika Anda menggunakan banyak
server dan keseluruhan server sedang dalam kondisi down, MMQS akan menyimpan
semua request hingga beberapa atau semua server kembali online.
Satu keuntungannya lagi, jika
client-client meminta request yang melebihi kapasitas sebuah server, maka MMQS
dapat menyimpannya untuk kemudian mendelegasikannya pada server yang tidak
sibuk. Untuk kebutuhan ini diperlukan aplikasi pada server yang berfungsi sebagai
listener atau referral.
5. Database Management System.
Database Management System atau
dikenal dengan singkatan DBMS merupakan sumber penyimpanan data dan tentu saja
memegang peranan vital dalam keseluruhan sistem.
Untuk arsitektur 2-tier dan n-tier,
diperlukan aplikasi DBMS yang mampu bekerja pada lingkungan tersebut, beberapa
contohnya adalah MySQL, Microsoft SQL Server dan Oracle.
Jika pada DBMS yang dipergunakan
terdapat fasilitas stored procedure, maka dimungkinkan untuk menyimpan business
logic didalam stored procedure yang akan diakses oleh client.
Conceptual Model
Tahap disain untuk merancang
aplikasi untuk perusahaan bisa jadi merupakan pekerjaan yang rumit dan harus
berhati-hati. Sehingga sangat disarankan Anda mencurahkan waktu yang cukup pada
tahap disain.
Pendekatan terbaik untuk melakukan
disain adalah dengan membagi aplikasi kedalam unit-unit kecil yang disebut
modul. Pada awalnya Anda dapat membuat modul standalone yang dapat dipanggil
oleh modul lainnya dan dapat digunakan berulang kali (reused) pada project yang
lain.
Hal ini akan mempermudah pekerjaan
Anda dan menghindari duplikasi pengkodean yang tidak perlu, serta menghemat
waktu kerja Anda.
Pada tahap disain ini juga, Anda
perlu mengenal apa yang dinamakan dengan conceptual model, yang juga dikenal
dengan sebutan service model atau application model.
Pada implementasi sistem 3-tier, dikenal
tingkatan sebagai berikut:
1. User service/Presentation tier.
Saat Anda melakukan perancangan pada
tahap awal, presentation tier merupakan tingkatan yang mengijinkan pengguna
berkomunikasi dengan aplikasi.
2. Business service/Application server
tier.
Digunakan untuk melakukan
implementasi business logic.
3. Data service/Data source tier.
Tingkatan terakhir ini berfungsi
untuk mengelola permintaan operasi data.
Mengenal Ruang Lingkup
Keberhasilan membuat aplikasi
perusahaan juga sangat tergantung pada informasi yang Anda dapatkan mengenai
perusahaan yang bersangkutan. Pengertian perusahaan tidak selalu mengacu pada
PT Angin Ribut seperti pada contoh, tetapi bisa jadi organisasi seperti
sekolah, universitas, atau bahkan pemerintah.
Yang pasti, aplikasi tersebut
memiliki nilai guna yang besar bagi customer maupun perusahaan yang
bersangkutan, mengenal business rule perusahaan yang bersangkutan merupakan
kata lain dari mengenal “medan tempur”,
dimana masing-masing perusahaan
memiliki orientasi yang bisa jadi berbeda. Sehingga sisi komunikasi yang baik
pun harus dimiliki untuk menghindari kesalahan interpetasi.
Menciptakan komunikasi yang baik
dengan user yang secara langsung akan menggunakan aplikasi Anda juga akan
sangat membantu pemahaman dan kesulitan yang dialami, sehingga pemecahan atau
solusinya akan lebih mudah ditemukan dan diimplementasikan dalam aplikasi Anda
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Arsitektur
2-tier menangani databse secara khusus serta mudah digunakan. biasanya, hanya
aplikasi yang berskala departemen/ bagian-bagian kecil yang menggunakan konsep
2-tier ini seperti sistem pengambilan keputusan (DSS) atau aplikasi berbasis
web sederhana.
Arsitektur
2-tier juga masih mempunyai kekurangan diantaranya: tidak ada keterbaharuan
kode, kurangnya skalabilitas, skala kecil dan dari segi pengamanan sulit
Aplikasi
dalam model 3-tier terbukti mampu meningkatkan kinerja sistem, hal ini
disebabkan pada model three-tier ditambahkan sebuah komponen independen
diantara aplikasi client dengan aplikasi server yang disebut sebagai middle
tier.
Komponenini secara khusus berfungsi untuk
melakukan pemrosesan bisnis atau pengolahan data,dengan demikian sumber daya
(resource) server dapat dihemat sehingga kinerja databaseserver akan dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Savitri, 2004, Perbandingan Model
Two-Tier dengan Three-Tier dalam ArsitekturClient/Server untuk Mengolah
Perintah Query pada Aplikasi Database, UniversitasAhmad Dahlan, Yogyakarta.
2.
Siebold, D., 2001, Visual Basic
Developer’s Guide to SQl Server, Sybex Inc, USA.
5.sites.google.com/site/yuditriwibowo/.../pagingefisienuntukdatabesar
5.
Fathansyah, 1999, Basis Data,
Informatika Bandung, Bandung.
7.
Mnich, M.A., 1998, Multi-tier Architectures for Database Connectivity,
http://www.javaexchange.com/
8.Martina,
I., 2002, Database Client/Server Menggunakan Delphi, PT. Elex
MediaKomputindo, Jakarta.